menuju jalan lurus mu
Powered By Blogger

Senin, 17 Oktober 2011

sedekah

PRAKATA
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat, hidayah, dan karunianya sehingga makalah tentang “ Hakikat Sedekah” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa pula saya sebagai penyusun materi ini mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam upaya penyelesaian makalah ini.
Saya sebagai penyusun materi ini sangat berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang telah mempelajari materi yang telah saya susun sedemikian rupa. Agar dapat memudahkan bagi kita dalam membaca makalah ini. Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab I pendahuluan yang meliputi latar belakang,rumusan masalah dan tujuan penulisan, bab II isi atau pembahasan dan bab III penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
Namun demikian, dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangannya, untuk itu saya mengharapkan masukan dan saran dari pihak-pihak yang telah mempelajari makalah ini demi keberhasilan yang lebih baik lagi untuk waktu yang akan datang. Karena saya menyadari bahwa segala kekurangan itu datangnya dari kita sendiri sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan jika terdapat kelebihan, semua itu tentu karena kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


DAFTAR ISI
Halaman Judul
Prakata 1
Daftar Isi 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan.
E. Metode penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep-konsep dasar.
B. Faktor yang mempengaruhi
C. Solusi yang dapat diberikan
D. Pesan-pesan moral
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar pustaka




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

a. Realitas
Dalam meneruskan kehidupan, manusia berhadapan dengan suka dan duka yang datang silih berganti hadir sebagai ujian dan dugaan daripada Tuhan. Apa yang perlu dilakukan adalah menerima kedua-dua ujian itu dengan penuh reda dan rela. Ini kerana manusia dijanjikan ketenangan berpanjangan oleh Allah bersama orang yang sabar. Menghulurkan bantuan ini turut ditegaskan oleh Rasulullah s.a.w. melalui sabda baginda: “Sesiapa yang mempunyai kenderaan melebihi dari keperluannya sendiri hendaklah bersedekah kepada orang yang tidak mempunyai kenderaan dan sesiapa yang mempunyai lebihan bekalan makanan hendaklah ia bersedekah kepada orang yang tidak mempunyai apa-apa bekalan makanan.” Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya ke jalan Allah adalah ibarat sebiji benih yang mengeluarkan tujuh tangkai dan setiap tangkainya mengeluarkan 100 biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah maha luas kurnia-Nya lagi maha mengetahui. Itulah mafhum ayat sebagaimana tercatat di dalam surah Al-Baqarah ayat 261.

Galakan menderma pakaian ini adalah bertepatan dengan sabda Rasulullah, yang bermaksud: “Apabila seseorang itu menukar pakaian baru, adalah baik jika dihadiahkan yang lama itu kepada orang lain.” (Riwayat Tirmidzi). Islam amat menggalakkan umatnya memberi pertolongan dan bantuan kepada orang yang susah dan orang yang memerlukan bantuan sama ada dari segi harta benda, kewangan dan sebagainya. Ia dapat mengelakkan kita daripada mementingkan diri sendiri sebaliknya mengeratkan persaudaraan dalam Islam. Janganlah pula kita sedekahkan makanan yang sudah tamat tempoh atau yang sudah basi. Atau menderma pakaian yang memang sudah tidak boleh dipakai lagi. Dalam keadaan biasa, kita tidak akan berasa betapa nikmat atau perlunya kepada bantuan orang lain. Tetapi, apabila kita sudah kenyang, walaupun kawan kita belanja makan tetapi nikmatnya tidak seberapa. Sedekah kita habis setakat itu saja.

Namun jika kita bandingkan mangsa banjir yang berada dalam kesusahan sekarang. Apabila kita dalam keadaan lapar lalu diberi makanan oleh orang, sudah tentu kita berasa amat bersyukur dan gembira. Begitu juga kepada mereka yang tidak mempunyai pakaian. Apabila menerima bantuan atau sedekah pakaian mereka amat menghargainya kerana ia menjadi barang sangat diperlukan. Di negara kita, ada di kalangan rakyat kita yang dianugerahkan harta yang banyak oleh Allah. Oleh itu, eloklah kita menderma atau manfaatkan mana-mana yang tidak kita gunakan lagi daripada ia terus disimpan di dalam almari. Keadaan sama dapat kita perhatikan sama ada dalam sektor kerajaan mahu pun sektor korporat. Semuanya menghulur bantuan bagi meringankan beban mangsa banjir. Ia bertepatan dengan firman Allah yang menyuruh kita bantu-membantu dalam membuat kebajikan dan jangan membantu kepada perkara yang membawa kerosakan.
Bagi mereka yang suka bersedekah, ini adalah peluang bagi mereka berbuat demikian. Jangan bakhil atau takut dengan bersedekah harta kita akan berkurang atau boleh menyebabkan kita menjadi miskin.





b. Dasar yuridis
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa Ba’du:
Di antara pintu-pintu kebaikan yang agung yang dianjurkan dan diperintahkan oleh syarai'at adalah bershedekah.
   •           •         
10. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang Telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan Aku dapat bersedekah dan Aku termasuk orang-orang yang saleh?". QS. Al-Munafiqun: 10.
Allah SWT Berfirman:
          
39. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya". QS. Saba': 39


Firman Allah Ta'ala:
    •              
274. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati". QS. Al-Baqarah: 274.
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Allah Ta'ala berfirman: Wahai anak Adam berimnfaqlah niscaya Aku akan memenuhi kebutuhanmu. Dan Nabi saw bersabda: Tangan kanan Allah penuh selalu tercurahkan tidak akan terkurangi walau tetap tercurah baik waktu siang atau malam".
Itulah janji Allah, di mana Dia akan memenuhi kebutuhan orang yang orang yang berinfaq di jalan Allah dan Allah yang MahaTinggi tidak akan menyalahi janjiNya.
Dari Abi Dzar ra berkata: Aku mendekati Nabi saw pada saat beliau sedang duduk-duduk di bayangan Ka'bah, lalu pada saat melihatku beliau bersabda: Merekalah orang-orang yang merugi di Tuhan yang memiliki Ka'bah". Abu Dzar berkata: Maka akupun mendatangi beliau sehingga diriku duduk namun aku tidak bisa berdiam diri lalu akupun bangkit. Dan aku berkata: Wahai Rasulullah bapakdan ibuku sebagai tebusannya siapakah mereka?. Beliau bersabda: Mereka adalah orang yang paling banyak hartanya, kecuali orang yang melakukan ini dan melakukan ini, dari arah hadapan mereka dan belakang mereka,dari sebelah kanan dan sebelah kiri mereka, namun mereka sangat sedikit sekali".
Dari Anas bin Malik ra berkata: Abu Thalhah adalah seorang penduduk Anshor yang paling banyak memiliki harta, dan harta yang paling dicintainya adalah kebun Bairuha, dan kebun tersebut menghadap mesjid, dan terkadang Rasulullah saw memasuki mesjid tersebut dan meminum dari airnya yang segar. Anas berkata: Pada saat turun firman Allah Ta'ala:
            •   
92. Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. QS. Ali Imron: 92

Maka Abu Thalhah bangkit menuju Rasulullah saw dan berakaa kepada beliau:Sesungguhnya Allah telah memfrimankan ayatNya kepadamu:
            •   
Dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun bairuha dan dia telah aku sedekahkan untuk Allah semoga aku mendapatkan kebaikannya dan simpanan pahala darinya, maka manfaatkanlah pada jalan yang engkau kehendaki wahai Rasulullah!, Maka Rasulullah saw bersabda: Sungguh dia adalah harta yang sangat menguntungkan, itulah harta yang menguntungkan, aku telah mendengar apa yang engkau ikrarkan pada harta tersebut, berikanlah harta tersebut kepada keluargamu". Maka Abu Thalhahpun membagi-bagikannya kepada keluarga terdekatnya dan anak-anak pamannya.
Ibnul Qoyyim rahimhullah berkata: Memberi dan bersedekah adalah prilaku yang paling dicintai oleh Rasulullah saw, dan kegembiraan serta kesenangan beliau dengan banyak member lebih besar dari kesenangan seorang yang mengambil dengan apa yang didapatkannya, beliau adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, tangan kanan beliau seperti angin yang menghembus, dan apabila seorang yang membutuhkan datang kepada beliau maka beliaupun lebih mengutamakannya atas diri beliau sendiri,terkadang belaiu dermawan dengan makanan, dan terkadang pula dengan pakian beliau dan beliau memerintahkan umatnya untuk selalu bersedekah dan menganjurkannya serta menyeru kepadanya dengan perbuatan dan perkataan beliau saw.
Oleh karena itulah beliau termasuk orang yang paling lapang dadanya, orang yang paling baik jiwanya, orang yang paling tenang hatinya, dan sesungguhnya bersedekah serta mengerjkan yang ma'ruf memiliki pengaruh yang mengagumkan dalam menciptakan hati yang lapang".

Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Aku tidak merasa senang jika aku memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian lewat malam ketiga sedangkan aku masih menyimpan satu dinar darinya, kecuali satu dinar yang aku gunakan untuk membayar hutangku ".
Dan ketika beliau ditanya: Sedekah apakah yang paling baik?. Maka beliau bersabda: Engkau bersedekah padahal dirimu dalam keadaan sehat lagi pelit khwatir dengan kemiskinan berangan-angan untuk menjadi kaya, dan janganlah mengulur-ulurkan waktu pengeluarannya sehingga nyawa sampai kepada tenggorokan lalu pada saat itu engaku menyesal seraya berkata: bagi si fulan segini, bagi si fulan segini dan ketahuilah bahwa si fulan begini".
Di antara keutamaan bersedekah adalah bahwa apabila sedekah tersebut dari harta yang halal dan dikeluarkan karena Allah semata maka Allah akan menerimanya dengan karuniaNya dan akan melipat gandakan pahalanya bagi orang yang bersedekah tersebut dengan lipatan yang besar dan Allah Maha memiliki karunia yang agung.
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Barangsiapa yang bersedekah dengan sesuatu sebesar satu biji kurma dari hasil usaha yang baik dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, maka Allah akan menerimanya dengan tangan kananNya kamudian Dia mengembangkanNya bagi pelakuNya sebgaimana salah seorang di antara kalian mengembang biakkan anak kudanya sehingga menjadi sebesar gunung".
Maka seorang mu'min akan datang pada hari kiamat dengan pahala kebaikannya sebesar gunung lalu dia gembira dengan pahala yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Di antara keutamaan bersedekah adalah bahwa sedekah tersebut sebagai penghapus kesalahan. Dari Mu'adz bin Jabal ra bahwa Nabi saw bersabda: Tidakkah engkau mau jika aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan?. Puasa sebagai perisai dan shadaqah bisa menghapus kesalahan sebagaimana air mampu memadamkan api".

Di antara keutamaan bersedekah adalah bahwa sedakah tersebut bisa mengembangkan dan menambah harta. Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Tidaklah harta yang disedekahkan tersebut akan berkurang".
Di antara keutmaan bersedekah adalah bahwa seseorang mu'min akan bernaung di bawah naungan shadaqahnya pada hari kiamat. Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Tujuh golongan orang yang akan dinaungi oleh Allah pada naunganNya pada hari kiamat pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah….di antara mereka adala seorang lelaki yang bersedekah dengan sebuah sedekah lalu dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.

Pada hari kiamat nanti orang yang berilmu akan datang dengan ilmunya, orang yang berjihad akan datang dengan membawa pahala jihadnya, dan orang yang shalat akan datang dengan membawa pahala shalatnya, orang yang berpuasa datang dengan membawa pahala puasanya dan orang yang besedekah datang dengan pahala dengan pahala ilmu, jihad shalat dan puasa, sebab dia telah mencetak kitab-kitab para ulama lalu diserahkan sebagai waqaf di jalan Allah bagi kaum muslimin, dan dia telah membangun mesjid yang dipergunakan untuk shalat oleh kaum muslimin dan dia telah membantu orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta yang dimilikinya serta memberikan biaya berbuka puasa dengan hartanya bagi orang yang berpuasa, dengan inilah dia mendapatkan pahala orang-orang yang telah disebutkan tadi. Itulah karunia Allah yang diberikannya kepada orang yang dikehendakiNya dan Allah memiliki kerunia yang agung.

Di antara keutamaan bersedekah adalah bawah shadakah tersebut akan menjaga seorang hamba dari segala bencana dan kejahatan. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: Hal ini telah diketahui oleh masyarakat baik yang khusus atau orang awam dan para ulama telah mengakuinya, sebab mereka telah mengalaminya bahkan sekalipun sedekah tersebut dari seorang yang zalim atau kafir, maka Allah mencegah dengan sedekah tersebut banyak kejahatan dan musibah".

Seorang penyair berkata:
Pelaku kebaikan tidak akan terhalangi dari balasan kebaikannya
Tidak akan menghilang sebuah kebaikan di sisi Allah dan manusia

Dan di antara shadakah yang paling agung adalah shadakah jariyah, yaitu shadaqah yang pahalanya mengalir bagi seorang hamba sehingga setelah kematiannya seperti menggali sumur, membangun mesjid, mencetak buku, mendanai jalaqah tahfizul qur'anul karim, waqaf social untuk kemaslahatan pakir miskin dan yang lainnya.

Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Apabila anak Adam telah meninggal maka akan terputuslah amalnya kecuali tiga hal shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendo'akannya".
Dan hendaklah orang yang menifakkan hartanya untuk memperhatikan perkara di bawah ini: Ikhlas semata karena Allah dengan sedekah yang disedekahkannya, menjauhi bersedeqah dengan harta yang jelek baik shedeqah tersebut berupa makanan atau pakaian dan yang lainnya, bersedeakah dengan cara menyakiti orang yang menerima shadakah atau bertindak kikir dengan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya atau mengejek shadakah walau sedikit atau kembali mengambil harta yang disedekahkan.
c. Dasar teori
Imam Ghazali mengatakan, manusia itu terbagi menjadi empat golongan. Yakni, (1) manusia yang tidak tahu dan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu; (2) manusia yang tidak tahu tapi tahu bahwa dirinya tidak tahu; (3) manusia yang tahu tapi dirinya tidak tahu bahwa dirinya tahu, dan (4) manusia yang tahu dan tahu bahwa dirinya tahu.” Kalau sudah sampai ke maqam yang keempat, maka ia akan menjadi Muslim yang sangat baik, salah satu tandanya adalah gemar bersedekah. Memberi uang receh kepada pengemis atau pengamen jalanan sering dianggap sebagai tindakan yang salah. Pertimbangannya hal itu akan membuat mereka jadi malas dan tidak mau bekerja. Memberi uang receh pada mereka sering dianggap sebagai tindakan kurang mendidik. Tapi maaf, “tindakan tidak mendidik” itu menurut saya lebih bernilai daripada tidak bertindak atau bahkan mencibir mereka. Memberi adalah perintah dan sunnah Rasul. Mencibir dan menghina (kalau tidak mau disebut sombong) adalah perbuatan syetan. Biar tidak dikira asal ngecap, ada beberapa bukti bagaimana besarnya penghargaan Allah terhadap orang yang mau memberi. Dan Allah sama sekali nggak meminta kita berpikir lebih jauh tentang siapa yang kita beri:
Hafash bin Maisarah bercerita kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Abi Azzinad, dari Al-A’raj, diterima dari Abu Hurairah, bersumber dari Nabi saw, beliau bersabda : Seorang lelaki berkata : Sungguh aku akan mengeluarkan sedekah pada malam ini. Lalu ia keluar membawa sedekahnya dan jatuh ke tangan seorang wanita pezina. Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan: Tadi malam, seorang wanita pezina mendapatkan sedekah. Lelaki itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, (sedekahku jatuh pada wanita pezina). Aku akan bersedekah lagi. Dia keluar membawa sedekahnya dan jatuh ke tangan orang kaya. Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan: Sedekah diberikan kepada orang kaya. Orang itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, (sedekahku jatuh pada orang kaya). Aku akan bersedekah lagi. Kemudian ia keluar membawa sedekah dan jatuh ke tangan pencuri. Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan: Sedekah diberikan kepada pencuri. Orang itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, sedekahku ternyata jatuh pada wanita pezina, pada orang kaya dan pada pencuri. Lalu ia didatangi (malaikat) dan dikatakan kepadanya: Sedekahmu benar-benar telah diterima. Boleh jadi wanita pezina itu akan menghentikan perbuatan zinanya, karena sedekahmu, orang kaya dapat mengambil pelajaran dan mau memberikan sebagian apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Dan mungkin saja si pencuri menghentikan perbuatan mencurinya, karena sedekahmu. (HR.Muslim : 1698, Shahih Muslim, Bab Tsubuti Ajril Mutashadiq wa in waqa’at Ash-Shadaqatu fi yadi ghairi, juz 5, hal. 209)
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari beberapa latar belakang diatas maka yang menjadi masalah dan hendak dibahas adalah sebagai berikut :
a. Konsep-konsep dasar tentang sedekah !
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi !
c. Solusi yang dapat diberikan !
d. Pesan-pesan moral !
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan penulisan ini adalah ;
a. Untuk mengetahui konsep-konsep dasar mengenai sedekah
b. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
c. Untuk mengetahui Solusi yang dapat diberikan
d. Untuk memberikan Pesan-pesan moral
D. Manfaat penulisan
Manfaat dari hasil penulisan dapat dilihat secara teoritis dan secara praktis, yaitu :
1. Secara teoritis, penulisan dapat bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan tentang apa itu sedekah dan apa hokum bagi seseorang dalam bersedekah, serta memberikan konsep-konsep yang bermanfaat bagi si pembaca
2. Secara praktis, penulisan dapat digunakan sebagai bahan pegangan dan rujukan dalam proses sedekah sehingga tidak keliru menyikapi sedekah apakah halal atau haram bersedekah itu.
E. Metode penulisan
Dalam penulisan ini menggunakan metode inqury atau penemuan masalah kemudian memecahkan masalah sendiri, dengan melihat referensi-referensi atau sumber-sumber yang dapat membantu dalam pengumpulan informasi ini. Adapula sifat dari penulisan ini adalah mencari informasi dari dasar realitas atau kenyataan dalam kehidupan manusia, dasar yuridis atau dasar dalam hadist maupun didalam ALQUR’AN dan dasar teori atau konsep-konsep teori dari beberapa pendapat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep-konsep dasar
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar.
Menurut pengertian istilah syariat, sedakah berarti segala pemberian amal derma di jalan Allah.
Pengertian sedekah sama dengan perngertian infak. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut juga hal yang non-materi. Misalnya amal kebaikan yang dilakukan seorang Muslim, juga termasuk sedekah, seperti konsep sedekah menurut Nabi saw., ”Setiap amal yang baik adalah sedekah.” Bahkan, beliau bersabda, ”Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”
Kalau manusia tahu, sesungguhnya dialah yang butuh sedekah.
Mengapa? Sebab, sedekah merupakan bagian dari upaya tazkiyatun nafs (membersihkan diri, lahir-batin).
Kita butuh sedekah, sebab sedekah itu akan kembali kepada kita dalam beragam bentuk. Posisi sedekah itu sangat istimewa. Sedekah merupakan ibadah yang utama. Bahkan dalam Alquran, perintah bersedekah itu menggunakan huruf wawu atof. Artinya sesuatu yang terikat sekali, merupakan perintah yang sangat penting.


.


Berapa ayat Alquran dan hadis Rasulullah saw. yang memerintahkan soal sedekah ...

Q.S. Ath-Talaq: 5.”Dan hendaklah orang yang disempitkan rezekinya bersedekah.”

Hadis-hadis tentang sedekah begitu banyak dan bertebaran. Salah satunya, hadits Rasulullah saw. yang menyatakan bahwa sedekah itu dapat menolak bala.”Bersegeralah untuk bersedekah. Sebab, yang namanya bala tidak bisa mendahului sedekah.”

Hadis lainnya, ”Tidak akan berkurang rezeki orang yang bersedekah, kecuali bertambah, bertambah, bertambah.”

Dari Abu Hurairah rodhiallohu‘anhu, ia berkata: Rasulullah sholallahu‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari selagi matahari masih terbit. Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong orang hingga ia dapat naik kendaraan atau mengangkatkan barang bawaan ke atas kendaraannya merupakan sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah kaki yang engkau ayunkan menuju ke masjid adalah sedekah dan menyingkirkan aral (rintangan, ranting, paku, kayu, atau sesuatu yang mengganggu) dari jalan juga merupakan sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Dzar rodhiallohu‘anhu dia berkata: Ada sekelompok sahabat Rasulullah melapor, “Wahai Rasulullah orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka sholat sebagaimana kami sholat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.” Beliau bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian apa-apa yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap tahmid ada sedekah dan pada setiap tahlil ada sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan mendatangi istrimu juga sedekah.” Mereka bertanya. “Wahai Rasulullah, apakah jika seseorang memenuhi kebutuhan syahwatnya itu pun mendatangkan pahala?” Beliau bersabda, “Apa pendapatmu, bila ia menempatkan pada tempat yang haram, bukankah ia berdosa? Demikian pula bila ia menempatkan pada tempat yang halal, ia akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)

Tiap muslim wajib Bersedekah. Para sahabat bertanya, "Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?" Nabi saw. menjawab, "Bekerja dengan keterampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya lalu Bersedekah." Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?" Nabi saw. menjawab: "Menolong orang yang memerlukankan yang sedang teraniaya" Mereka bertanya: "Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?" Nabi saw. menjawab: "Menyuruh berbuat ma'ruf." Mereka bertanya: "Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?" Nabi saw. menjawab, "Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sedekah." (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)



Sedekah adalah memberikan kebaikan kepada diri sendiri atau kepada orang lain. Dengan demikian sedekah maknanya luas mencakup seluruh kebaikan, berupa perkataan atau perbuatan.


Paling tidak, ada empat keutamaan sedekah. Pertama, mengundang datangnya rezeki. Kedua, menolak bala. Ketiga, menyembuhkan penyakit. Keempat, menambah umur. Allah berjanji dalam Alquran, bahwa Sedekah itu tidak mungkin tidak dibayar. Seperti menanam di kebun Allah, pasti berbuah. Menanam di kebun sendiri saja berbuah, apalagi di kebun Allah. Kalaupun buahnya tidak lebat, paling tidak pasti berkembang. Kalaupun Allah tidak menurunkan hujan lebat, paling tidak hujan gerimis.

Islam adalah agama yang mengutamakan amal, derma, kebaikan, kemurahan hati dan tolong-menolong antar sesama. Sifat kikir, rakus,dan tamak adalah bagian dari sifat syaitan. Allah menyuruh kita untuk berderma sebagai berikut:
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Q.S. 2:274)

Bersedekah merupakan aktivitas seorang Muslim yang memiliki sifat keutamaan, karena ketinggian derajat seorang Muslim ditentukan oleh sebesar dan sejauh mana ia memiliki kepedulian dan kepekaan sosial kepada Muslim yang lainnya. Juga keutamaan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Harta bukan untuk ditumpuk, kemudian dinikmati sendiri. Seorang Muslim harus ingat bahwa ada kewajiban yang mesti dilakukan terhadap harta itu yang di dalamnya juga ada milik orang lain, agar harta yang diberikan Allah tidak sia-sia dan bisa menjadi bekal hidup, baik dunia maupun di akhirat. Keseimbangan dalam mengelola harta itulah yang ditekankan Rasulullah saw. Inilah yang terkadang berat dilakukan, karena menganggap harta benda yang dimiliki adalah hasil kerja keras yang harus dinikmati sendiri. Padahal, dalam harta seseorang sejatinya ada campur tangan dari Allah Swt. Karena itu, harta mesti dikelola sesuai dengan petunjuk Allah juga.
Pada orang yang suka bersedekah, ada jaminan surga dari Allah bahwa sedekah akan melindunginya di hari perhitungan. Dalam bernaung di bawah perlindungan sedekahnya hingga ditetapkan hisab (perhitungan) di antara manusia di yaumil akhir.
Rasul saw. bersabda, "Banyak-banyaklah kalian berkenalan dengan orang fakir serta miskin. Baik budilah terhadap mereka sebab kelak mereka akan mendapat kekuasaan." Para sahabat bertanya, "Kekuasaan apa, wahai Rasulullah?" "Bila kiamat tiba," lanjut Nabi, "akan dikatakan pada mereka, perhatikan siapa yang dahulu pernah memberimu makanan meski sesuap, minuman meski seteguk, dan pakaian meski selembar. Maka, pegangalah tangannya, tuntunlah ke surga."


Islam menganjurkan umatnya untuk memperhatikan adab dalam bersedekah atau berzakat. Ini agar orang yang membutuhkan harta dapat menikmati hartanya dengan baik, sementara orang yang bersedekah juga mendapat pahala maksimal.

Bersedekah mesti dalam keadaan sehat dan sangat ingin, karena sedekah yang dilaksanakan pada saat menjelang kematian tidak ada gunanya.
Hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Al-Bukhari bahwa seseorang berkata kepada Nabi saw, "Sedekah yang mana yang lebih utama itu?" Nabi saw. bersabda, "Engkau bersedekah dalam keadaan sehat (shahih) dan berkeinginan (harish)."

Pada satu kesempatan, Rasulullah saw. ditanya seseorang sahabatnya tentang sedekah yang paling utama. Kata beliau, 'Engkau menyedekahkan harta itu pada saat engkau dalam keadaan sehat dan di kala engkau benar-benar menginginkan harta tersebut saat itu.'' (HR Abu Dawud).

Firman Allah Swt. ''Engkau tak akan mendapatkan kebaikan apa pun hingga kalian menyedekahkan sebagian harta yang paling kalian cintai.
Ketahuilah, apa pun yang kalian infakkan, Allah pasti mengetahuinya.''
(Ali 'Imran: 92).


Di antara adab-adab bersedekah yang lain adalah menyegerakan berzakat atau bersedekah ketika sudah waktunya. Hal ini untuk menampakkan rasa suka cita muzakki dalam memenuhi perintah Allah untuk membahagiakan hati fakir-miskin. Salah satu akhlak mulia Nabi saw. dalam masalah sedekah adalah mempercepat dalam memberikan sedekah itu. Pernah suatu ketika, Nabi saw. mempercepat shalatnya hingga membuat para sahabatnya bertanya-tanya. Setelah ditanya, beliau menjawab, ''Ketika shalat, aku teringat ada harta bendaku yang belum aku sedekahkan.' (HR Bukhari).

Menyembunyikan sedekah dengan meminimalisir orang yang mengetahuinya agar amal baik tidak dikotori oleh godaan riya' juga merupakan bagian dari adab bersedekah. Juga menjaga agar mustahiq tidak terbuka rahasia akan kefakirannya. Adapun kalau ia yakin tidak akan riya', ia dapat menampakkannya agar diketahui oleh orang banyak. Dengan catatan orang-orang itu akan meneladaninya. Jangan merusak sedekah dengan mengungkit-ungkitnya kembali (QS Al- Baqarah : 264). Termasuk menyakiti orang yang menerima sedekah adalah dengan mengumumkan kefakirannya, membentak-bentak atau menghinanya karena meminta-minta.

Berapa pun nilai harta yang disedekahkan, kita harus menganggapnya sedikit karena kalau sampai menganggapnya banyak, maka kita akan 'ujub (bangga) dengan pemberian itu. Dari 'ujub inilah akan timbul takabbur yang pada akhirnya akan menghilangkan pahala dari sedekah itu.
Sebagian ulama mengatakan perbuatan baik tidak akan sempurna kecuali dengan tiga hal yaitu menganggapnya ringan, menyegerakan, dan menyembunyikannya.


Gagasan pembuatan rumus pahala sedekah yang sering kita dengar akhir-akhir perlu dikritisi lebih jauh. Kita paham dan mengerti atas rumus tersebut agar umat termotivasi untuk meningkatkan semangat bersedekah, karena keagungan nilai yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Namun, tentu upaya tersebut jangan sampai berakibat pada penempatan agama sebagai ”monumen spirit” yang berwatak pragmatis dan sempit.

Masalah sedekah bukan hanya sekedar urusan hitung-hitungan angka (matematis) yang dapat dihitung "keuntungannya", tetapi sedekah sangat terkait dengan tingkat keikhlasan sebagai manifestasi iman pemberinya. "Keuntungan" spiritual sedekah tidak dapat disamakan seperti menghitung keuntungan yang dijanjikan oleh bisnis multilevel marketing, yaitu ketika meraih sekian poin maka akan mendapatkan keuntungan sekian. Namun "keuntungan" sedekah itu bersifat spiritual dimana hanya Allah yang tahu, yang tidak selalu bersifat linier bahwa ketika mengeluarkan sekian, maka akan mendapatkan sekian.

Oleh karena itu, kerangka berfikir yang pas dalam permasalahan sedekah dan upaya memotivasi umat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sedekah adalah: mari tingkatkan amal sosial dengan bersedekah wajib (zakat), minimal 2,5% (sesuai ketentuan) dan mari tingkatkan infaq dan sedekah jariyyah sesuai kemampuan dan keikhlasannya, insya Allah, Tuhan akan membalas yang pantas bahkan lebih dari sekedar pantas.






Sedekah adalah Jawaban Semua Masalah
"Sedekah merupakan jawaban semua permasalahan. Sedekah itu tak ada lawan. Tak ada persoalan apa pun yang tidak selesai, selama kita melibatkan Allah. Caranya, antara lain melalui sedekah.” Kalimat-kalimat di atas kerap kali dilontarkan oleh Ustad Yusuf Mansur dalam setiap ceramah-ceramahnya.

Ustadz muda itu memang selalu mengusung tema sedekah dalam setiap dakwahnya, baik melalui ceramah, buku, kolom di media massa, maupun sinetron Maha Kasih yang ditayangkan di RTCI setiap Sabtu malam. Sehebat apakah sedekah itu? Mengapa sedekah jadi begitu penting? Apakah sedekah mampu menyelesaikan persoalan bangsa Indonesia yang sudah hampir satu dekad dirundung krisis? Berikut wawancara Irwan Kelana, dengan Pimpinan Pondok Pesantren Darul Quran/Tahfiz Quran Cipondoh, Tangerang itu:

Apakah sedekah itu?
Sebetulnya konsep sedekah itu seperti kata Nabi, ”Setiap amal yang baik adalah sedekah.” Bahkan, kata Rasulullah, ”Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” Jadi, tidak hanya materi atau harta saja. Seperti firman Allah dalam AlQuran, ”… berjuanglah (bersedekahlah) dengan hartamu dan jiwamu.”

Mengapa sedekah itu jadi penting?
Kalau manusia tahu, sesungguhnya dialah yang butuh/perlu sedekah. Mengapa? Sebab, sedekah merupakan bagian dari upaya tazkiyatun nafs (membersihkan diri, lahir-batin). Kita butuh sedekah, sebab sedekah itu akan kembali kepada kita dalam beragam bentuk. Posisi sedekah itu sangat istimewa. Sedekah merupakan ibadah yang utama. Bahkan dalam AlQuran, perintah bersedekah itu menggunakan huruf wawu atof. Artinya sesuatu yang terikat sekali, merupakan perintah yang sangat penting.

Firman Allah, ”Wahai orang-orang yang beriman, (sebagai syarat keimanan mereka), maka dirikanlah shalat dan sedekahkanlah sebagian dari rezeki yang datangnya dari Allah SWT.” Kedua prasyarat itu ibarat baju dan celana. Baju saja, tanpa celana, tidak pantas. Begitu pula, celana saja, tanpa baju, juga tidak sempurna. Imam Ghazali mengatakan, manusia itu terbagi menjadi empat golongan. Yakni, manusia yang tidak tahu dan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, manusia yang tidak tahu tapi tahu bahwa dirinya tidak tahu, manusia yang tahu tapi dirinya tidak tahu bahwa dirinya tahu, dan manusia yang tahu dan tahu bahwa dirinya tahu.” Kalau sudah sampai ke maqam yang keempat, maka ia akan menjadi Muslim yang sangat baik, salah satu tandanya adalah gemar bersedekah.

Berapa ayat AlQuran dan hadis Rasulullah yang memerintahkan soal sedekah ini?
Salah satu ayat utama yang paling sering saya bacakan adalah QS Ath-Talaq ayat 5.”Dan hendaklah orang yang disempitkan rezekinya bersedekah.” Hadis-hadis tentang sedekah begitu banyak dan bertebaran. Salah satunya, hadits Rasulullah saw yang menyatakan bahwa sedekah itu dapat menolak bala.”Bersegeralah untuk bersedekah. Sebab, yang namanya bala tidak bisa mendahului sedekah.” Hadis lainnya, "Tidak akan berkurang rezeki ornag yang bersedekah, kecuali bertambah, bertambah, bertambah.”

Apa saja keutamaan sedekah?
Paling tidak, ada empat keutamaan sedekah. Pertama, mengundang datangnya rezeki. Kedua, menolak bala. Ketiga, menyembuhkan penyakit. Keempat, menambah umur. Allah berjanji dalam Alquran, bahwa Sedekah itu tidak mungkin tidak dibayar. Seperti menanam di kebun Allah, pasti berbuah. Menanam di kebun sendiri saja berbuah, apalagi di kebun Allah. Kalaupun buahnya tidak lebat, paling tidak pasti berkembang. Kalaupun Allah tidak menurunkan hujan lebat, paling tidak hujan gerimis.

Kisah-kisah dalam sinetron Maha Kasih diilhami oleh kisah nyata jamaah Anda. Anda menampung banyak testimoni tentang keutamaan sedekah ya?
Begitulah. Suatu hari ada seorang pedagang datang kepada salah seorang staf saya. Ia mengaku punya utang Rp 30 juta, dan tak tahu lagi ke mana harus mencari uang untuk melunasi utangnya. Oleh staf saya, ia disuruh sedekah. Apa yang bisa dilakukannya? Ia mengaku tak punya sesuatu yang berharga untuk dijual. Akhirnya staf saya menganjurkan agar ia menjual motor vespanya dan menyedekahkan hasilnya. Ternyata, pada saat ia sedang menawarkan sepeda motor tersebut, kakaknya yang di Swiss kirim SMS.
Isinya menyatakan bahwa ia baru saja mentranfer dana senilai setara dengan Rp 30 juta. Tentang tolak bala. Suatu pagi, seorang ustadz bersedekah kepada ustadz yang lain. Ia tinggal di Tangerang. Menjelang sore hari ia ke Gunung Putri, Bogor, hendak mengajar. Di jalan tol, mobilnya ditabrak orang. Namun mobil tersebut tidak rusak. Sebaliknya, mobil yang menabrak rusak berat. Pemilik mobil heran dan bertanya kepadanya, ”Kok mobil kamu tidak apa-apa?” Dijawab, ”Mungkin karena tadi pagi saya bayar asuransi sedekah.”

Ada juga cerita seorang pasien yang sudah divonis mati oleh dokter. Karena merasa usianya tidak lama lagi, orang tersebut kemudian berusaha untuk menjadikan sisa umurnya untuk berbuat hal terbaik. Ia mengumpulkan delapan bayi yatim yang masih merah dan merawatnya dengan kasih sayang. Ternyata sampai saat ini ia masih hidup, bahkan menjadi ketua grup senam yang anggotanya lebih 2.000 orang. Bahkan, bayi yang dulu dirawatnya sudah dewasa, dan salah satunya sudah menikah. Keajaiban sedekah itu hanya bisa dirasakan oleh orang yang bersedekah dan ia yakin. Keyakinan itu membawa pengaruh kepercayaan positif kepada Allah SWT.

Anda mengkampanyekan gerakan nasional selamatkan bangsa dengan sedekah. Mengapa Anda begitu yakin sedekah bisa menyelamatkan bangsa?
Yakin sekali. Ada sebuah kisah dalam Alquran tentang Nabi Musa yang meminta agar Allah menghilangkan azab dari suatu bangsa. Allah menjawab bahwa azab tersebut sudah telanjur ditetapkan. Namun, rahmat Allah meliputi seluruh bumi ini. Di samping itu, pernyataan Allah yang sangat penting adalah, ”Azab itu tidak akan menimpa orang-orang yang memelihara dirinya, menafkahkan sebagian rezekinya, dan beriman kepada ayat-ayatKu.” Jadi, sedekah bisa menyelamatkan bangsa.

Dalam berbagai pengalaman saya mengusung tema sedekah selama ini, sudah banyak keluarga bermasalah yang akhirnya bersatu kembali sebagai berkah sedekah. Demikian pula, sudah banyak perusahaan yang hampir bangkrup, namun akhirnya bisa berjaya kembali berkat sedekah. Logika saya begini. Kalau presiden, para menteri, DPR, pejabat pemerintah sampai yang terkecil, yakni RT-RW plus komponen bangsa ini bersedekah, insya Allah akan lahir energi positif yang dapat membawa bangsa ini keluar dari krisis.

http://ayobersedekah.wordpress.com/2009/07/07/sedekah-adalah-jawaban-semua-masalah/

Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya tak henti menjadi penghibur hati orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini. Pahala diobral, ampunan Allah bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seorang yang menyadari kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak, tak ada rasa kecuali sumringah menyambut Ramadhan. Insan yang menyadari betapa dosa melumuri dirinya, tidak ada rasa kecuali bahagia akan kedatangan bulan Ramadhan.

Mukmin Sejati Itu Dermawan
Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan umatnya untuk banyak bersedekah. Dan bulan Ramadhan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin, yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:
‏إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)
Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati. Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‏اليد العليا خير من اليد السفلى واليد العليا هي المنفقة واليد السفلى هي السائلة
“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)
Selain itu, sifat dermawan jika di dukung dengan tafaqquh fiddin, mengilmui agama dengan baik, sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan juud (dermawan), akan dicapai kedudukan hamba Allah yang paling tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّما الدنيا لأربعة نفر: عبد رزقه الله مالاً وعلماً فهو يتقي فيه ربه ويصل فيه رحمه، ويعلم لله فيه حقاً فهذا بأفضل المنازل
“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan shahih”)
Keutamaan Bersedekah
Allah Subhanahu Wa Ta’ala benar-benar memuliakan orang-orang yang bersedekah. Ia menjanjikan banyak keutamaan dan balasan yang menakjubkan bagi orang-orang yang gemar bersedekah. Terdapat ratusan dalil yang menceritakan keberuntungan, keutamaan, kemuliaan orang-orang yang bersedekah. Ibnu Hajar Al Haitami mengumpulkan ratusan hadits mengenai keutamaan sedekah dalam sebuah kitab yang berjudul Al Inaafah Fimaa Ja’a Fis Shadaqah Wad Dhiyaafah, meskipun hampir sebagiannya perlu dicek keshahihannya. Banyak keutamaan ini seakan-akan seluruh kebaikan terkumpul dalam satu amalan ini, yaitu sedekah. Maka, sungguh mengherankan bagi orang-orang yang mengetahui dalil-dalil tersebut dan ia tidak terpanggil hatinya serta tidak tergerak tangannya untuk banyak bersedekah.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Diantara keutamaan bersedekah antara lain:
1. Sedekah dapat menghapus dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99)
2. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia yang mendapatkannya adalah:
رجل تصدق بصدقة فأخفاها، حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه
“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421)
3. Sedekah memberi keberkahan pada harta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ما نقصت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا
“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588)
Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”
4. Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)
5. Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.
من أنفق زوجين في سبيل الله، نودي في الجنة يا عبد الله، هذا خير: فمن كان من أهل الصلاة دُعي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة
“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)
6. Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
والصدقة برهان
“Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim no.223)
An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya)”
7. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‏إن الصدقة لتطفىء عن أهلها حر القبور
“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873)
8. Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يا معشر التجار ! إن الشيطان والإثم يحضران البيع . فشوبوا بيعكم بالصدقة
“Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam jual-beli. Maka hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi no. 1208, ia berkata: “Hasan shahih”)
9. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan yang bagus tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit:
مثل البخيل والمنفق ، كمثل رجلين ، عليهما جبتان من حديد ، من ثديهما إلى تراقيهما ، فأما المنفق : فلا ينفق إلا سبغت ، أو وفرت على جلده ، حتى تخفي بنانه ، وتعفو أثره . وأما البخيل : فلا يريد أن ينفق شيئا إلا لزقت كل حلقة مكانها ، فهو يوسعها ولا تتسع
“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)
Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang mengabarkan tentang manfaat sedekah dan keutamaan orang yang bersedekah. Tidakkah hati kita terpanggil?
Kedermawanan Rasulullah di Bulan Ramadhan
Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik bagi kita, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau lebih dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)
Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dasarnya adalah seorang yang sangat dermawan. Ini juga ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu:
كان النبي صلى الله عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.” (HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)
Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi. Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan melebihi angin yang berhembus. Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat. Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari.
Oleh karena itu, kita yang mengaku meneladani beliau sudah selayaknya memiliki semangat yang sama. Yaitu semangat untuk bersedekah lebih sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat di bulan Ramadhan, melebihi bulan-bulan lainnya.
Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan
Salah satu sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi teladan untuk lebih bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan adalah karena bersedekah di bulan ini lebih dahsyat dibanding sedekah di bulan lainnya. Diantara keutamaan sedekah di bulan Ramadhan adalah:
1. Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan jaminan surga.
Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits qudsi:
كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف قال عز و جل : إلا الصيام فإنه لي و أنا الذي أجزي به
“Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.’” (HR. Muslim no.1151)
Dan sedekah, telah kita ketahui keutamaannya. Kemudian shalat malam, juga merupakan ibadah yang agung, jika didirikan di bulan Ramadhan dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه
“Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no. 759)
Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika semuanya dikerjakan balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها وباطنها من ظاهرها أعدها الله لمن ألان الكلام وأطعم الطعام وتابع الصيام وصلى بالليل والناس نيام
“Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR. At Tirmidzi no.1984, Ibnu Hibban di Al Majruhin 1/317, dihasankan Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/47, dihasankan Al Albani di Shahih At Targhib, 946)
2. Mendapatkan tambahan pahala puasa dari orang lain.
Kita telah mengetahui betapa besarnya pahala puasa Ramadhan. Bayangkan jika kita bisa menambah pahala puasa kita dengan pahala puasa orang lain, maka pahala yang kita raih lebih berlipat lagi. Subhanallah! Dan ini bisa terjadi dengan sedekah, yaitu dengan memberikan hidangan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا
“Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)
Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga butir kurma atau bahkan hanya segelas air, sesuatu yang mudah dan murah untuk diberikan kepada orang lain.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من ماء
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi, 696)
Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan membuka kesempatan menuai pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh berkah ini.
3. Bersedekah di bulan Ramadhan lebih dimudahkan.
Salah satu keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan adalah bahwa di bulan mulia ini, setiap orang lebih dimudahkan untuk berbuat amalan kebaikan, termasuk sedekah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia mudah terpedaya godaan setan yang senantiasa mengajak manusia meninggalkan kebaikan, setan berkata:
فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al A’raf: 16)
Sehingga manusia enggan dan berat untuk beramal. Namun di bulan Ramadhan ini Allah mudahkan hamba-Nya untuk berbuat kebaikan, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة ، وغلقت أبواب النار ، وصفدت الشياطين
“Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079)
Dan pada realitanya kita melihat sendiri betapa suasana Ramadhan begitu berbedanya dengan bulan lain. Orang-orang bersemangat melakukan amalan kebaikan yang biasanya tidak ia lakukan di bulan-bulan lainnya. Subhanallah.
Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah benar. Karena yang mendasari keyakinan ini adalah hadits yang lemah, yaitu hadits:
يا أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم ، شهر فيه ليلة خير من ألف شهر ، جعل الله صيامه فريضة ، و قيام ليله تطوعا ، و من تقرب فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى فريضة فيما سواه ، و من أدى فريضة كان كمن أدى سبعين فريضة فيما سواه ، و هو شهر الصبر و الصبر ثوابه الجنة ، و شهر المواساة ، و شهر يزاد فيه رزق المؤمن ، و من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه ، و عتق رقبته من النار ، و كان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيء قالوا : يا رسول الله ليس كلنا يجد ما يفطر الصائم ، قال : يعطي الله هذا الثواب من فطر صائما على مذقة لبن ، أو تمرة ، أو شربة من ماء ، و من أشبع صائما سقاه الله من الحوض شربة لايظمأ حتى يدخل الجنة ، و هو شهر أوله رحمة و وسطه مغفرة و آخره عتق من النار ،
“Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari 1000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’). Barangsiapa (pada bulan itu) mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong, di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin bertambah (ditambah). Barangsiapa (pada bulan itu) memberikan buka kepada seorang yang berpuasa, maka itu menjadi maghfirah (pengampunan) atas dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa (itu) sedikitpun.” Kemudian para Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk diberikan sebagai buka orang yang berpuasa.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan buka dari sebutir kurma, atau satu teguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi, Al Hakim, Ibnu Khuzaimah (no. 1887) dan Al Ash-habani dalam At Targhib (178). Hadits ini didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib (2/115), juga oleh Dhiya Al Maqdisi di Sunan Al Hakim (3/400), bahkan dikatakan oleh Al Albani hadits ini Munkar, dalam Silsilah Adh Dhaifah (871).
Ringkasnya, walaupun tidak terdapat kelipatan pahala 70 kali lipat pahala ibadah wajib di luar bulan Ramadhan, pada asalnya setiap amal kebaikan, baik di luar maupun di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah 10 sampai 700 kali lipat. Berdasarkan hadits:
‏إن الله كتب الحسنات والسيئات ثم بين ذلك فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبها الله له عنده حسنة كاملة فإن هو هم بها فعملها كتبها الله له عنده عشر حسنات إلى سبع مائة ضعف إلى أضعاف كثيرة
“Sesungguhnya Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal keburukan.” Kemudian Rasulullah menjelaskan: “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna. Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, lalu mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.” (HR. Muslim no.1955)
Oleh karena itu, orang yang bersedekah di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya 10 sampai 700 kali lipat karena sedekah adalah amal kebaikan, kemudian berdasarkan Al A’raf ayat 16 khusus amalan sedekah dilipatkan-gandakan lagi sesuai kehendak Allah. Kemudian ditambah lagi mendapatkan berbagai keutamaan sedekah. Lalu jika ia mengiringi amalan sedekahnya dengan puasa dengan shalat malam, maka diberi baginya jaminan surga. Kemudian jika ia tidak terlupa untuk bersedekah memberi hidangan berbuka puasa bagi bagi orang yang berpuasa, maka pahala yang sudah dilipatgandakan tadi ditambah lagi dengan pahala orang yang diberi sedekah. Jika orang yang diberi hidangan berbuka puasa lebih dari satu maka pahala yang didapat lebih berlipat lagi.
Subhanallah…
Ayo jangan tunda lagi…
***
Penulis: Yulian Purnama
Artikel www.muslim.or.id
Renungan
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, Seratus biji. Allah melipat gandakan(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui
.
(QS.Al-Baqarah(2): 261)
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang – orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan – kesalahanmu dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS.Al-Baqarah(2): 271)
SERING kita beranggapan bahwa, sedekah hanya berguna bagi penerimanya. Jarang disadari jika sedekah banyak membawa manfaat dan faedah bagi pelaku sedekah sendiri secara rohaniah maupun jasmaniah. Secara rohaniah, sedekah menjadi sarana penyucian dosa, kikir, dan mengangkat derajat menjadi mukmin dan mukhlis. Allah SWT berfirman :
“Ambillah sedekah (zakat) dari sebagian harta mereka, dengan sedekah (zakat) itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka,” (Q.S. At Taubah [9]: 103).
Selain sedekah bermanfaat membantu orang lain yang kekurangan, juga bisa meredam murka Allah dan sarana mencapai khusnul khatimah (akhir hidup terpuji).
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya sedekah bisa meredam murka Allah dan dapat menghindarkan seseorang dari kematian su’ul khatimah,” (H.R. Tirmidzi).
Ada janji besar bagi orang yang suka meringankan beban kesulitan orang lain. Sabda Nabi saw.,
“Barangsiapa memberi napas (meringankan) seorang mukmin dari kesulitan impitan dunia, Allah akan memberi napas (yang sama) kepadanya kelak dari kesulitan impitan hari kiamat,” (H.R. Muslim).
Adapun manfaat jasmaniah; Pertama, sedekah bisa mengobati penyakit.
Rasulullah saw. bersabda, “Obatilah orang sakit di antara kalian dengan sedekah,” (Shahih Al-Jami’).
Kedua, harta tidak berkurang, malah bertambah (Q.S. Al Baqarah [2]: 276). Sedekah tak lain investasi abadi dan tabungan hakiki di akhirat. Hakikat sedekah adalah pinjaman pada Allah SWT yang dijamin terbalas. Firman-Nya, “Siapa memberi pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik (di jalan Allah), Allah akan melipatgandakan pembayarannya dengan kelipatan banyak,” (Q.S. Al Baqarah [2]: 245).
Ketiga, tidak mudah stres. Stres biasanya muncul karena persoalan duniawi. Stres tidak menimpa orang dermawan karena dirinya tidak memiliki sifat serakah. Ketika memiliki kelebihan, ia selalu berbagi dengan yang lain.
Keempat, dimudahkan dalam segala urusan karena didoakan penerima dan malaikat (H.R. Muttafaq Alaih).
Kelima, memperkukuh cinta, kasih sayang, solidaritas sosial, dan persaudaraan. Sabda Rasul, “Saling maafkan kalian niscaya hilang kedengkian, saling memberi hadiah dan berkasihsayanglah niscaya hilang permusuhan,” (H.R. Imam Malik).
Perilaku dermawan bukti keimanan (H.R. Muslim). Sedekah yang berasal dari kata ash-shidqu -makna iman-yaitu upaya membenarkan iman dengan amal perbuatan. Maka pantas jika orang yang tidak peduli pada anak yatim dan fakir miskin disebut sebagai mendustakan agama (yukadzibu bid-din) (Q.S. Al Ma’un [107]: 1-3) karena keimanannya tidak dibenarkan perilakunya sendiri.
Mula-mula menjadi mukmin, kemudian Muslim (taat ibadah), dan buahnya muhsin (suka berbuat baik pada sesama). Muhsin, derajat keimanan tertinggi di mana seseorang seolah melihat Allah, dan jika tidak melihat-Nya pun Dia senantiasa mengawasi dirinya dalam setiap waktu dan kesempatan. Contohnya, bersedekah sembunyi-sembunyi sampai tangan kiri tidak tahu apa yang diberikan tangan kanan. Tidak heran, pelakunya digolongkan salah satu kelompok yang kelak dilindungi Allah di saat tidak ada lindungan lain selain lindungan-Nya (H.R. Muttafaq Alaih).
Secara sosial, sedekah memupuk solidaritas dengan semangat pemberdayaan mengangkat harkat dan martabat kaum lemah, fakir, miskin, yatim (dalam pengertian nasab dan sosial bagi mereka yang tidak punya pekerjaan). Banyaknya kalangan ekonomi tertinggal yang terbantu, di samping kian mempercepat pemerataan kesejahteraan juga terbukti mampu menekan angka kriminalitas secara signifikan di tengah-tengah masyarakat. Sebab, sedekah merujuk pentingnya ukhuwah islamiah, di mana setiap individu sadar akan prinsip ta’awuniyyah atau tolong-menolong antarsesama. Yang kuat membantu yang lemah, orang kaya mengangkat orang miskin, penguasa melindungi rakyat, atasan menyayangi bawahan, demikian sebaliknya.
Harmoni kehidupan bermasyarakat akan kukuh jika setiap orang memiliki kesadaran membantu orang lain (dan bukan semangat ingin mendapatkan “apa-apa” dari orang lain). Ingatlah, tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah, (H.R. Muttafaq Alaih).
Apalagi kekayaan yang harus disedekahkan adalah sisa kebutuhan yang sesuai kadar kemampuan (al-’afwu) (Q.S. Al Baqarah [2]: 219). Namun, bukan berarti sedekah cukup dengan sumbangan uang recehan (sedemikian pelitkah kita membeli kenikmatan surga untuk kita sendiri dengan sejumlah uang recehan?), namun jumlah yang layaklah yang diberikan.
Sedekah tidak terbatas bantuan materiil tetapi juga bersifat moril berupa atensi, simpati, tenaga, dan waktu. Yahya bin Muadz mengarahkan: “Jika tidak mampu memberi, jangan menyusahkan. Jika tidak mampu menghibur, jangan membuat orang lain sedih. Jika tidak mampu memuji, jangan menghina orang lain.”
Suatu kali datang pengemis wanita kepada Rasulullah saw. meminta bantuan. Setelah mendengar keluhannya penuh saksama, beliau membantu pengemis itu mencarikan makanan di sepanjang jalan Madinah dan tangannya diapit pengemis tersebut. Akibatnya beliau terlambat shalat berjemaah karena membantu pengemis itu. Subhanallah! Betapa agung pekerti luhur Nabi saw. Setiap orang yang datang mengeluh kepada Nabi, bukan keluhannya saja yang didengarkan tetapi juga segera bergerak membantu sesuai kemampuan.
Gamal Mazhi, penulis Fiqhul Harakah fil Mujtama, mencatat empat hikmah yang bisa diteladani dari contoh di atas.
Pertama, menenteramkan orang yang ditimpa masalah.
Kedua, memerhatikan gejolak jiwa orang yang meminta pertolongan, bukan malah membanding dengan kesulitan yang tengah kita hadapi.
Ketiga, memelihara rahasia yang meminta tolong terutama kehormatan dirinya.
Keempat, mencarikan jalan keluar baginya.
Tujuan sedekah guna mendekatkan diri kepada Allah, bukan demi gengsi, pujian, dan popularitas (riya’). Al-Quran memperingatkan, sedekah karena riya’ dengan menyebut-nyebutnya atau memberi namun menyakiti penerimanya (apalagi tidak memberi dan malah menyakiti, dosanya dua kali lipat), pahalanya ibarat debu di atas batu licin yang ditimpa hujan lebat (Q.S. Al Baqarah [2]: 264). Tidak berbekas apa-apa selain pujian itu sendiri. Nau’udzu billahi min dzalik .(*/Tim Zakat RIZKI)

Rahasia Sedekah
Rahasia sedekah sudah dijelaskan oleh nabi Muhammad saw, sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam al-Quran, jauh sebelum literatur-literatur lainnya memberikan keterangan mengenai rahasia yang terkandung di balik praktik sedekah.
Adalah ustadz Yusuf Mansyur yang memopulerkan bahasan mengenai rahasia sedekah ini dalam ceramah-ceramah yang diberikannya kepada masyarakat, bahkan buku mengenai rahasia sedekah sudah bisa kita temukan di toko buku.
Lantas, apa saja rahasia yang terkandung di balik sedekah ini? Beberapa di antaranya adalah:

A. Rahasia sedekah: Kematian

Rasulullah saw bersabda:

Sedekah dapat menolak kematian yang buruk. (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 2)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:

Pada suatu hari orang yahudi lewat dekat Rasulullah saw, lalu ia mengucapkan: Assam alayka (kematian atasmu). Rasulullah saw menjawab: Alayka (atasmu). Lalu para sahabatnya berkata: Ia mengucapkan salam atasmu dengan ucapan kematian, ia berkata: kematian atasmu. Nabi saw bersabda: “Demikian juga jawabanku. Kemudian Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya orang yahudi ini tengkuknya akan digigit oleh binatang yang hitam (ular dan kalajengking) dan mematikannya. Kemudian orang yahudi itu pergi mencari kayu bakar lalu ia membawa kayu bakar yang banyak. Rasulullah saw belum meninggalkan tempat itu yahudi tersebut lewat lagi (belum mati). Maka Rasulullah saw bersabda kepadanya: Letakkan kayu bakarmu. Ternyata di dalam kayu bakar itu ada binatang hitam seperti yang dinyatakan oleh beliau. Kemudian Rasulullah saw bersabda: Wahai yahudi, amal apa yang kamu lakukan? Ia menjawab: Aku tidak punya kerjaan kecuali mencari kayu bakar seperti yang aku bawa ini, dan aku membawa dua potong roti, lalu aku makan yang satu potong dan satu potong yang lain aku sedekahkan pada orang miskin. Maka Rasulullah saw bersabda: Dengan sedekah itu Allah menyelamatkan dia. Selanjutnya beliau bersabda: Sedekah dapat menyelamatkan manusia dari kematian yang buruk. (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 4)


B. Rahasia sedekah: Bertambahnya rezeki

Rasulullah saw bersabda:

Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya sedekah dapat menambah harta yang banyak. Maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah menyayangi kalian. (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 11)


C. Rahasia sedekah: Bahaya

Rasulullah saw bersabda:

Mulai pagi harimu dengan sedekah, barangsiapa yang memulai pagi harinya dengan sedekah ia tidak akan terkena sasaran bala. (Al-Wasail 6: 257, hadis ke 15)


D. Rahasia sedekah: Keimanan

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:

“Tidaklah sempurna keimanan seorang hamba sehingga ia melakukan empat hal: Berakhlak baik, bersikap dermawan, menahan karunia dari ucapan, dan mengeluarkan karunia dari hartanya.” (Al-Wasail 6: 259, hadis ke 21)


E. Rahasia sedekah: Perang Uhud

Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata bahwa Allah Swt berfirman:

“Segala sesuatu Aku wakilkan pada orang selain-Ku untuk menggenggamnya kecuali sedekah, Aku sendiri dengan tangan-Ku yang mengambilnya, sekalipun seseorang bersedekah dengan satu biji korma atau sebelah biji korma. Kemudian Aku menambahkan baginya sebagaimana ia menambahkan sebelum meninggalkan. Kemudian saat ia datang pada hari kiamat ia mendapat pahala seperti pahala perang Uhud bahkan lebih besar dari pahala perang Uhud.” (Al-Wasail 6: 265, hadis ke 7)


F. Rahasia sedekah: Penjagaan Allah Sepanjang Hari

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:

“Awali pagi harimu dengan sedekah, gemarlah bersedekah. Tidak ada seorang mukmin pun yang bersedekah karena mengharapkan apa yang ada di sisi Allah untuk menolak keburukan yang akan turun dari langi ke bumi pada hari itu, kecuali Allah menjaganya dari keburukan apa yang akan turun dari langit ke bumi pada hari itu.” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 3)


G. Rahasia sedekah: Merubah Takdir

Rasulullah saw berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib (sa):

“Wahai Ali, sedekah itu dapat menolak takdir mubram (yang telah ditetapkan). Wahai Ali, silaturahim dapat menambah umur. Wahai Ali, tidak ada sedekah ketika keluarga dekatnya membutuhkan. Wahai Ali, tidak ada kebaikan dalam ucapan kecuali disertai perbuatan, dan tidak ada sedekah kecuali dengan niat (karena Allah).” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 4)


H. Rahasia sedekah: Penolak Hari Nahas

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:

“Antara aku dan seseorang punya perhitungan tentang bumi. Orang itu ahli nujum, ia sengaja keluar rumah untuk suatu urusan pada saat “Al-Su’ud” (bulan berada di manazil Al-Su’ud), dan aku juga keluar rumah pada hari nahas. Lalu kami menghitungnya, lalu keluarlah untukku dua perhitungan yang baik. Kemudian orang itu memukulkan tangan kanannya pada tangan kirinya, kemudian berkata: Aku belum pernah sama sekali melihat hari seperti hari ini. Aku berkata: Celaka hari yang lain dan hari apa itu? Ia berkata: Aku ahli nujum, aku datang padamu pada hari nahas, aku keluar rumah pada saat Al-Su’ud, kemudian kami menghitung, lalu keluarlah untuk Anda dua perhitungan yang baik. Ketika itulah aku berkata kepadanya: “Tidakkah aku pernah menyampaikan suatu hadis yang disampaikan padaku oleh ayahku? Yaitu Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari hari nahas, maka hendak mengawali harinya dengan sedekah, niscaya Allah menyelamatkannya dari hari nahas itu. Barangsiapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari malam nahas, maka hendaknya mengawali malamnya dengan sedekah niscaya ia diselamatkan dari malam nahas itu. Kemudian aku berkata: “Sesungguhnya aku mengawali keluar rumah dengan sedekah; ini lebih baik bagimu daripada ilmu nujum.” (Al-Wasail 6: 273, hadis ke 1)


I. Rahasia sedakah: Sedekah di Malam hari dan Siang hari
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:

“Sesungguhnya sedekah di malam hari dapat memadamkan murka Allah, menghapus dosa besar dan mempermudah perhitungan amal; sedekah di siang hari dapat menumbuhkan harta dan menambah umur.” (Al-Wasail 6: 273, hadis ke 2)


J. Rahasia sedekah: Ali bin Abi Thalib

Imam Ali bin Abi Thalib (sa):

“Sesungguhnya tawassul yang paling utama adalah bertawasul dengan keimanan kepada Allah …, dengan silaturrahim karena hal ini dapat menumbuhkan harta dan menambah umur; dengan sedekah yang tersembunyi karena hal ini dapat menghapuskan kesalahan dan memadamkan murkan Allah Azza wa Jalla; dengan amal-amal yang ma’ruf (kebajikan) karena hal ini dapat menolak kematian yang buruk dan menjaga dari pertarungan kehinaan…” (Al-Wasail 6: 275, hadis ke 4)


K. Sedekah itu mensucikan jiwa

Allah Taala berfirman:

”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka , dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka , dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya dia kamu itu ( menjadi ) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka, Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ (QS At-Taubah: 103)


Matematika Dasar Sedekah
Menurut Yusuf Mansyur, seorang ustadz yang memopulerkan bahasan rahasia sedekah, sedekah mempunyai perhitungan matematisnya sendiri, seperti yang diuraikan sebagai berikut:

Apa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?

10 – 1 = 19

Ya, di sana kita akan melihat keganjilan hitungan matematis. Sebuah pengurangan yang justru menghasilkan penambahan. Kenapa begitu? Kenapa bukan 10-1 = 9? Inilah matematika sedekah, kita memberi dari apa yang kita punya, dan Allah akan mengembalikan lebih banyak lagi.
Matematika sedekah di atas, diambil dari Quran Surat Al-An`am ayat 160, Allah menjanjikan balasan 10X lipat bagi mereka yang mau berbuat baik (sedekah), bahkan dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 261, Allah menjanjikan hingga 700X lipat.

Sebelumnya, kita sudah mengetahui, bahwa:

10 - 1 = 19

Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini:

10 - 2= 28
10 - 3= 37
10 - 4= 46
10 - 5= 55
10 - 6= 64
10 - 7= 73
10 - 8= 82
10 - 9= 91
10 - 10= 100

Sedekah 2.5 % Tidaklah Cukup
Dengan infak 2,5% yang biasa kita berikan, jika kita telaah lebih jauh ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.
Misalnya, seorang karyawan yang mempunya gaji 1 juta. Dia punya pengeluaran rutin 2 juta, kemudian dia bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1 juta itu. Maka perhitungannya adalah: 2,5% dari 1.000.000 = 25.000. Maka yang tercatat: 1.000.000 – 25.000 = 975.000.
Angka 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dikeluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar: 975.000 + 250.000 = 1.225.000.
Jadi, “hasil akhir” dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1 juta, hanya Rp. 1.225.000,-. Angka ini masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar 2 juta. Jadi, jika dia sedekahnya 2,5%, dia harus mencari sisa Rp. 775.000 untuk menutupi kebutuhannya.
Maka sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Hasilnya akan lebih besar bila sedekah 10%.
perhitungannya adalah: 10% dari 1.000.000 = 100.000. Maka yang tercatat : 1.000.000 – 100.000 = 900.000.
Ingatlah, angka 900.000 itu bukanlah hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar 1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar: 900.000 + 1.000.000 = 1.900.000.
Dengan perhitungan ini, dia berhasil mengubah penghasilannya mendekati angka pengeluaran yang 2 juta. Dia hanya butuh 100 ribu tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkannya.

Katakanlah kepada hamba-hambaku yang telah beriman: Hendaklah mereka mendirikan Shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-teranganan sebelum datang hari ( kiamat ) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. (QS Ibrahim: 31)
Sedekah adalah Menyucikan Harta
Oleh : Sukron Abdilah | 07-Nov-2008, 22:50:49 WIB

“Cinta yang berlebihan terhadap harta dan kedudukan dapat
mengikis agama seseorang” (HR. Ath-Thusi).

KabarIndonesia - Posisi harta bagaikan boomerang. Tanpa kepiawaian menggunakannya, akan berakibat fatal bagi sang pemilik. Mungkin kita pernah mendengar bahwa Qarun ditenggelamkan bersama hartanya? Mungkin juga pernah mendengar Fir’aun menjadi sombong karena memiliki harta dan kekuasaan? Atau pernah menyaksikan sendiri tetangga kaya raya di kampung sibuk mengumpulkan harta sampai lupa kepada tetangganya yang miskin? Bahkan, pernah mendengar barangkali kalau ada orang kaya yang pergi ke Mekkah untuk berhaji sampai beberapa puluh kali, tapi melupakan tetangga miskin?

Bagi mereka harta adalah segalanya. Tidak sadar bahwa harta adalah pemberian Allah kepada hamba-Nya yang rajin berusaha. Akibatnya, mereka terlena dengan kekayaan duniawi dan tidak mampu bersyukur atas segala pemberian-Nya. Syukur adalah salah satu bentuk laku dan kata untuk meluapkan rasa terima kasih kepada sang pemberi kekayaan, Allah SWT. Dengan memberikan hak fakir miskin yang ada di dalam harta, sebetulnya kita sedang bersyukur.

Memberikan pertolongan kepada fakir miskin tidak akan membuat kita menjadi miskin. Malahan akan berlipat ganda, sebab dirinya terus termotivasi mencari harta agar bisa ber-zakat, infaq atau shadaqah. Kalau kita analogikan, memberikan sebagian dari harta (zakat, infaq dan shadaqah) untuk orang miskin seperti kita akan memakan pisang. Kulitnya harus kita kupas lebih dulu. Kemudian setelah dikupas, maka kita sudah boleh memakannya. Kalaupun dimakan dengan kulit-kulitnya, kita lebih bodoh daripada monyet karena monyet juga kalau makan pisang, dibuang dulu kulitnya.

Nah, menunaikan zakat, infaq dan sedekah adalah usaha membuang kulit di dalam harta kita. Kalau kita tidak ber-zakat, infaq dan sedekah sama dengan seseorang yang memakan buah pisang dengan kulit-kulitnya. Ini artinya, kita tidak boleh meniru Qarun yang rakus terhadap kekayaan sehingga tidak mau berbagi. Sebab, ketika kita tidak mau berbagi dengan orang lain, keserakahan itu akan menyebabkan berkurangnya amal, yang kelak akan mengantarkan kita memasuki neraka.

Rasulullah Saw bersabda, “Tiap muslim wajib bersedekah.”
Para sahabat kemudian bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?”
Nabi Saw. menjawab, “Bekerjalah dengan keterampilan tangan untuk kemanfaatan dirinya lalu bersedekah.”
Mereka bertanya lagi, “Bagaimana kalau dia tidak mampu?”
Nabi Saw menjawab, “Menolong orang yang membutuhkan yang sedang teraniaya.”
Mereka kemudian bertanya kembali, “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?”
Nabi Saw menjawab, “Menyuruh berbuat ma'ruf.”
Tanpa pernah bosan mereka bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?”
Nabi Saw menjawab, “Mencegah diri dari berbuat kejahatan, itulah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan kondisi kemiskinan di Indonesia yang mengkhawatirkan, zakat, infaq dan sedekah adalah salah satu usaha mencegah kejahatan. Coba saja kalau orang kaya raya di negeri kita tidak diwajibkan zakat, infaq dan sedekah. Boleh jadi, akan muncul kecemburuan di lingkungan masyarakat hingga mengakibatkan merebaknya kejahatan. Pencurian, perampokan, dan penjabretan adalah salah satu dampak dari keserakahan seseorang. Selain itu, akan muncul juga kebencian warga miskin terhadap orang kaya kalau Islam tidak mengajarkan manusia untuk zakat, infaq dan sedekah.

Jadi, kalau hidup di dunia memiliki kelebihan harta, sebaiknya bersyukur dengan ber-zakat, infaq dan sedekah. Insya Allah harta kita akan semakin berkah. Bertambah dan berlipat-lipat ganda kebaikannya. Dalam sebuah keterangan dijelaskan, tiap menjelang pagi hari dua malaikat turun ke bumi. Yang satu berdoa, "Ya Allah, karuniakanlah bagi orang yang menginfakkan hartanya tambahan peninggalan." Malaikat yang satu lagi berdoa, "Ya Allah, timpakan kemusnahan bagi harta yang ditahannya (dibakhilkannya)." (HR. Mutafaqun 'Alaih).

Jelas sekali bahwa hadits ini mengajarkan untuk memberikan hak warga miskin dalam harta kita sebagai bentuk rasa syukur terhadap-Nya. Sedekah dilakukan agar kita tersadar bahwa harta, kekayaan, dan jabatan harus dipergunakan secara arif dan bijaksana. Ejawantah dari syukur kita terhadap pemberian-Nya adalah dengan berbagi. Kalau saja kita bisa menangkap semangat dianjurkannya sedekah, niscaya akan menjadi kekuatan ekonomi bagi umat dan seluruh manusia.

Sedekah diwajibkan untuk melepaskan diri dari hal yang bersifat material; baik harta, kekayaan, kesehatan, ataupun jabatan. Sebab, ketika kita masih terperdaya dengan kekayaan dan jabatan, saripati agama dalam diri akan meredup sehingga kita berubah menjadi manusia angkuh, serakah dan sombong. Sedekah, merupakan kekuatan ekonomi yang mampu memberi kehidupan kepada seluruh umat manusia menjadi berkah.

Apalagi, sebagai bentuk syukur kita kepada-Nya, sedekah merupakan ladang kita beramal shaleh. Seandainya sedekah merupakan salah satu bentuk syukur kita terhadap nikmat-Nya, sudah pasti kita termasuk orang yang beriman. Makanya, dalam suatu keterangan disebutkan bahwa syukur adalah sebagian dari iman, kemudian sebagian lagi adalah ridha. Apalagi kalau ada semacam pembiasaan ber-sedekah. Boleh jadi bentuk syukur orang kaya (zakat, infaq dan sedekah) bisa menjadi kekuatan ekonomi yang dahsyat. Wallahua’lam